“Terwujudnya kelestarian TNGC sebagai sumber air utama untuk kehidupan dan kesejahteraan masyarakat ”.
Salam Konservasi,
Ini adalah blog dari Balai Taman Nasional Gunung Ciremai.
Blog ini merupakan sarana informasi tentang Taman Nasional Gunung Ciremai, baik dari sisi perlindungan, pengawetan maupun pemanfaatan.
Selain itu kami harapkan blog ini dapat kita jadikan sarana diskusi maupun rembug saran bagi pihak-pihak yang peduli akan keberadaan Taman Nasional Gunung Ciremai.
16 Juni, 2010
CEGAH KEBAKARAN HUTAN DI KAWASAN TNGC *)
Kebakaran hutan merupakan salah satu gangguan terhadap kawasan TNGC yang terjadi setiap tahunnya, biasanya terjadi pada awal musim kemarau yaitu sekitar bulan Juli dan puncaknya adalah bulan Agustus. Penyebab terjadinya kebakaran hutan diantaranya karena beberapa faktor yaitu suhu meningkat, angin besar, dan karakteristik ekosistem. Lokasi rawan kebakaran berada di sebelah utara kawasan TNGC diantaranya blok Padabeunghar, Batu luhur, Lambosir, Sayana, Seda, Trijaya dan Telaga Remis di wilayah SPTN Wilayah I Kuningan, sedangkan di SPTN Wilayah II Majalengka berada di blok Padaherang dan Bantaragung yang kawasannya menyatu dengan blok Padabeunghar. Pada lokasi tersebut, karakteristik ekosistemnya yaitu tanah berbatu yang ditumbuhi oleh semak belukar dan ilalang yang pada musim kemarau akan mengalami kekeringan yang menjadi bahan bakar yang cukup besar.
Tahun 2009 lalu, kebakaran hutan dan lahan terjadi seluas 70 ha dengan frekuensi kejadian sebanyakn 8 kali. Indikasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan akibat kesengajaan manusia yang membuang puntung rokok atau ketidaksengajaan akibat pembukaan lahan pada lahan milik dengan cara dibakar yang kemudian terus merambat ke dalam kawasan akibat angin besar. Sampai saat ini penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan masih terus dipantau. Dengan adanya upaya pencegahan, pada tahun 2010 ini diharapkan luasan dan frekuensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan dapat diminimalisir hingga hanya mencapai 1 ha. Tahapan upaya pencegahan diantaranya inventarisasi lokasi rawan kebakaran hutan, inventarisasi faktor penyebab kebakaran, penyiapan regu pemadam kebakaran, pembuatan prosedur tetap, pengadaan sarana dan prasarana dan pembuatan sekat bakar. Untuk mengetahui faktor terjadinya kebakaran hutan pelu intelejensi lebih lanjut dengan adanya upaya patroli pada lokasi rawan kebakaran. Patroli kebakaran hutan dan lahan tidak hanya dilakukan oleh Polisi Kehutanan Balai TNGC saja, namun juga melibatkan masyarakat yang telah tergabung dalam kelompok masyarakat peduli api (MPA) dan Pamswakarsa.
Patroli dianggap cara yang paling efektif dengan menempatkan anggota pada titik rawan kebakaran sehingga ketika ada titik api yang terlihat dengan sistem komando yang sudah disepakati, pergerakan api tidak akan meluas seperti pada kejadian sebelumnya dan lebih mudah dikendalikan. Agar kejadian dan luasan kebakaran hutan dan lahan dapat diminimalisir hingga 1 ha, kita harus bersama-sama mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan dengan ikut serta memberikan pemahaman kepada masyarakat ataupun pengunjung yang sedang melakukan wisata agar tidak melakukan hal-hal yang dapat menimbulkan kebakaran. Selain itu, informasi awal dapat diberikan kepada petugas yang menjaga posko terdekat sehingga dapat diambil tindakan cepat.
*) Cita Asmara
Polisi Kehutanan BTNGC
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
4 komentar:
Bos, penyebab kebakaran di gunung ciremai selama ini gak ada faktor alam. yang ada adalah mutlak faktor manusia. baik itu pendaki, penangkap burung maupun masyarakat yang lahannya langsung berhadapan dengan batas kawasan. oleh karena itu maka kalau kita serius maka kebakaran gunung ciremai gak akan terjadi
tahun 1997, kebakaran besar terjadi dimulai dari kawasan puncak. penyebanya pendaki.
berlanjut ke kawasan utara. penyebabnya pembakaran lahan masyarakat yang tidak terkendali. untuk itu pengawasan terhadap aktifitas pendaki dan hubungan baik dengan masyarakat sekitar kawasan harus menjadi prioritas utama. kitu . . .(amallo)
terima kasih atas komentarnya, memang kebakaran yang selama ini terjadi bukan karena faktor alam murni walaupun merupakan faktor pendukung lainnya. cahaya panas yang berasal dari matahari kemudian dipantulkan ke bumi dimana sebagian besar kondisi lahan khususnya di bagian utara adalah tanah berbatu dan semak belukar, panas matahari diserap batu yang kemudian menyebabkan semak belukar menjadi kering. apabila disulut oleh api maka dengan mudah terjadi kebakaran yang ditambah dengan kondisi angin yang kencang. alhamd pada tahun ini kami merancang kegiatan posko kebakaran yang melibatkan masy sekitar. mudah2an tahun ini sampai yang akan datang kebakaran hutan tidak terjadi lagi
by the way,
Apakah BTN GN Ceremai telah memiliki
Protap penanggulangan Kebakaran Hutan,
jika sdh ada saya ijin pelajari.
terima kasih
Posting Komentar